Kamis, 08 Januari 2009

SPLENDID INN HOTEL


Splendid Inn hotel terletak di Jl. Mojopahit no 4 Malang. Persis di samping balai kota Malang, di depan alun-alun tugu Malang. Kalau sedang jalan-jalan ke kota Malang, monggo silakan mampir ke Splendid Inn. Harian Jawa Pos pernah mengulas hotel kami sebagai salah satu hotel di kota Malang yang Menawarkan Nilai Sejarah, sbb:




Kursi Rotan Penanda Perabot Tak Pernah Diubah

Mempertahankan keaslian di tengah persaingan bisnis hotel tidaklah mudah. Apalagi dengan makin menjamurnya hotel-hotel di Malang. Sosok Herman Maryono, pengelola Hotel Splendid Inn, memegang teguh pesan orang tua untuk tidak mengubah bentuk hotel yang didirikan sejak 1973 lalu.

(Happy DY)

-----------------------------

Setelah mendapat kepercayaan dari orang tuanya, Soemarjono-Wilujeng, untuk mengelola Splendid Inn, Herman belum pernah sekali pun melakukan renovasi bangunan. Maka tak heran kalau bangunan yang berlokasi di Jl Majapahit 2-4 itu masih sesuai aslinya. Bangunan tampak depan menebarkan kesejukan, karena pepohonan besar yang tumbuh rindang.

Masuk ke ruang lobi, suasana ketenangan makin terasa. Tidak ada aktivitas karyawan yang begitu sibuk layaknya hotel di tengah kota. Di resepsionis hanya ada satu petugas, itu pun juga tidak terlihat sibuk. Perlengkapan di bagian front office juga sederhana. Tak ada perabot istimewa. Daya tampungnya juga terbatas, untuk satu orang karyawan. Memandang ke kanan kiri di ruang lobi yang cukup besar itu, hanya ornamen sederhana. Sebuah lukisan orang tua Herman menghiasi ruang lobi.

Perabot yang ada hampir semuanya kuno. Sekitar delapan stel meja kursi yang tertata di ruang lobi tergolong berusia tua. Itu terlihat dari model perabotan yang sekarang jarang di jumpai di toko furniture. Satu stel kursi rotan yang dimodifikasi dengan spon misalnya, bentuk nan unik itu diletakkan di ruang tengah.

Peralatan elektronik yang terlihat hanya televisi berukuran 21 inc yang ditempatkan di bagian belakang menghadap ke pintu masuk. "Perabot ini tidak ada yang saya ganti. Ini semua ada sejak berdiri (1973) lalu. Saya memang tidak berniat mengubahnya," ungkap Herman, membuka pembicaraan dengan Radar.

Hotel Splendid Inn yang lokasinya bersebelahan dengan Hotel Tugu tersebut pesonanya memancarkan keaslian. Sentuhan modern sepertinya sengaja dihindari. Buktinya, tulisan yang tertera di pintu depan samping kanan. Di samping kiri atas tertulis Gubug Pariwisata The Splendid Inn Jl Mojopahit No 4 Malang Idzin K.M.M No. 104/I/28 Agust 1973 yang juga masih berbentuk asli.

Bagi pengunjung yang belum terbiasa datang ke hotel ini barangkali akan lebih merasakan suasana rumah. Fasilitas yang tersedia jauh dari kebanyakan hotel lain. Bar misalnya, yang biasa menjadi jujugan tamu, tak ada unsur kemewahan sedikit pun. Hanya ada satu unit unit komputer pentium IV dan lemari pendingin yang berisi soft drink. Ditambah beberapa kursi sebagai tempat duduk tamu ketika ingin menikmati suasana lain.

"Hotel ini dulunya memang rumah. Saya membiarkan sesuai aslinya, karena ini amanah dari bapak ibu saya (Soemarjono-Wilujeng) saat mempercayakan kepada saya dulu. Pesannya, agar saya mengelola hotel ini tidak ngoyo," ucap pria yang juga Ketua PHRI (Persatuan Hotel Restoran Indonesia) Kota Malang.

Pesan itu yang kini dipegang erat ayah tiga anak tersebut. Meski banyak hotel yang berlomba-lomba mempercantik diri, tak membuat Herman melepas prinsip. Keaslian dengan konsep rumah akan dipertahankan. "Hotel ini bisa membayar karyawan dan operasional saja sudah lebih dari cukup," kata pria yang rambutnya mulai memutih ini.

Di balik kesederhanan dan keaslian hotel tersebut, ada yang istimewa. Para tamu yang berkunjung justru kebanyakan turis mancanegara. Melihat daftar tamu di bagian resepsionis kemarin, ada delapan kamar yang ditempati turis mancanegara dari 27 kamar tersedia. Mereka berasal dari Australia, Belanda, dan Amerika Serikat.

Duduk beberapa saat menunggu sang pengelola, tampak keluar masuk tamu-tamu bule. "Saya suka hotel ini tenang dan tidak ramai. Seperti di rumah. Pelayanan juga bagus," ucap Andrew, turis Belanda yang sudah berkali-kali datang ke Indonesia. Bahkan, dia menjadikan Splendid Inn sebagai tempat nostalgianya bersama keluarga. Setiap kali datang ke Malang untuk liburan, Andrew memilih Splendid Inn sebagai tempat istirahat.

Yanti, karyawan bagian front office yang sudah bekerja tujuh tahun menjelaskan, Splendid Inn sering kedatangan tamu mancanegara. Apalagi saat musim libur sekolah, Juni-Agustus, prosentasenya bisa dipastikan naik. Kalau akhir tahun seperti sekarang ini, tamu antara domestik dan asing jumlahnya berimbang.

Selain mempertahankan keaslian, hotel ini juga mempertahankan tradisi turun temurun yang diwariskan orang tua Herman. Yakni, tidak menerima pasangan yang bukan suami-istri. "Saya tidak akan melanggar apa yang sudah dipesankan orang tua. Meski saya sendiri sepakat menerima pasangan suami istri. Prinsip saya, hotel ini bukan untuk tujuan bisnis semata," tambah Herman.

Sudah tak terhitung berapa pasangan yang ditolak gara-gara bukan suami-istri. Paling mudah mengenali dengan meminta KPT. Kalau alamatnya yang tertulis di KTP tidak satu rumah, Herman sudah berpesan kepada karyawan bagian resepsionis menolaknya sekali pun kamarnya banyak yang kosong.

"Tiga bulan karyawan yang bekerja di sini (Splendid Inn) sudah bisa mengenali, mana pasangan sah dan bukan," ucapnya. Tradisi lain yang terus dipegang adalah tidak menerima tamu Jumat malam sampai Sabtu sore. "Sesuai keyakinan saya, Sabtu merupakan hari kebaktian maka tidak boleh berbisnis," kata suami Pujiati ini.

Herman berkisah, awal mula berdirinya hotel ini membidik tamu-tamu asing. Pengalaman ayahnya yang sering pergi ke luar negeri dalam rangka menjalankan tugas kantornya -pabrik gula- memberikan inspirasi tersendiri. Maka saat pensiun, 1973, Soemarjono lantas mendirikan hotel dengan segala keterbatasan. Ketika itu di Malang hanya ada dua hotel yang representatif, yakni Hotel Pelangi dan YMCA (kini menjadi kantor BCA).

"Kalau sekarang banyak hotel yang juga membidik turis, tidak perlu membuat saya gusar. Biarkan hotel ini begini saja. Keaslian ini yang menjadi magnet. Tamu yang pernah singgah pasti akan memberi referensi kepada keluarganya untuk dating ke sini (Splendid Inn)," ungkapnya. (*)

Selasa, 06 Januari 2009

Liburan Akhir Tahun Galih and Romero


Liburan Akhir Tahun

Ucap syukur kami sekeluarga kepada Tuhan Allah yang telah memberikan kesempatan kepadaku dan kami satu tim untuk melakukan liburan akhir tahun 2008 ini, meskipun sebetulnya ada saja halangan bagi kami untuk rencana liburan ini. Pada awalnya aku dan suami merencanakan liburan natal dan tahun baru ini di Jakarta saja agar bapaknya anak-anak tidak ambil cuti terlalu banyak, tapi apa daya.. tiket perjalanan Malang - Jakarta yang sudah terlanjur dibeli pada awal bulan Desember terpaksa harus dijual atau dibatalkan karena kondisi kesehatanku yang tidak memungkinkan melakukan perjalanan agak-agak jauh seperti dari Malang ke Jakarta. So.. akhirnya suamiku merelakan dirinya harus bolak-balik Jakarta - Malang sampai dua kali selama libur panjang akhir Desember.

Setelah brosing di internet dan rapat keluarga.. hehe…akhirnya aku dan suami serta anak-anak putuskan berliburnya di Lamongan. Di sana ada Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang kami orang Malang biasa sebut Jatim Park II. Tapi supaya liburannya terasa lebih seru, kita rencanakan menginap di Tanjung Kodok Beach Resort selama satu malam. Kebetulan dengan sedikit “menjual nama bapak” kami bisa mendapat diskon yang lumayan dari pihak manajemen hotel. Tau sendiri kan harga kamar hotel pas libur akhir tahun bisa naik dua kali lipat.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu oleh kami sekeluarga datang juga. Setelah semalam menempuh perjalanan Jakarta-Malang, pagi-pagi sekali suamiku sudah mempersiapkan mobil dan segala keperluan yang mungkin akan kami gunakan pada saat liburan seperti peralatan memancing. Dari informasi yang kami dapatkan, Tanjung Kodok Beach Resort menyediakan paket memancing di marina. Kebayang sudah anak-anakku akan antusias memancing di marina. Tak lupa si sulung Galih mempersiapkan pelampung yang akan digunakan nanti bila berenang, si kecil Romero pun tak kalah sibuk mempersiapkan ban pelampungnya juga dan kacamata renang.

Sekitar pukul sembilan pagi kita berempat berangkat dari Malang. Perjalanan relative lancar, di Porong yang ditakutkan suamiku macet ternyata tidak separah yang ditakutkan, lancar saja hingga tidak sampai tiga jam kami sudah nyampe di Lamongan. Di tengah perjalanan akan ke hotel, kami melihat ada objek wisata pantai, masih di wilayah Lamongan juga, namanya Pantai Delagan kalau aku tidak salah. Kami mampir sebentar di sana, menikmati deburan pantai. Romero senang sekali bermain-main air sampai-sampai seluruh bajunya basah.. alamak.. terpaksa ganti baju deh, padahal kita belum nyampe di hotel. Kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di Tanjung Kodok Beach Resort.

Tingkat hunian hotel termasuk tinggi saat itu, sampai-sampai kami harus menunggu kamar kami siap, karena tamu sebelumnya baru check out. Sambil menunggu kamar siap, kami makan siang di restaurant yang ada di sana, yakni SUNSET CAFÉ. Anak-anak tidak kebayang deh Euphoria nya.. hehe.. apalagi si kecil sangat excited banget keburu pengen ke WBL nya, apalagi dari SUNSET kita bisa lihat area permainan WBL seperti Paus Dangdut dan juga sekilas Jet Costernya. Tapi karena siang hari itu sangat panas, kita bapak dan ibuk nya kepingin istirahat dulu di kamar, meskipun anak-anak sudah merengek pingin mencoba Jet Coster, dll. Sore harinya selepas istirahat, kita pergi ke area WBL yang memang sudah kosong alias tutup, namun bagi tamu yang menginap di hotel bisa memakai fasilitasnya seperti kolam renang, dll. Kami pun berenang, Galih dan Romero assyik bermain prosotan di kolam renangnya. Setelah itu kami makan malam. Dinner disediakan oleh pihak hotel di Jelly Fish Restaurant.

Keesokan harinya barulah kami mulai petulangan di WBL. Hampir semua permainan di coba oleh kita, kecuali Rumah Sakit Hantu.. karena si Galih sudah wanti-wanti tidak mau masuk Rumah Sakit Hantu lagi. Rupa-rupanya pengalamannya ke WBL tahun 2007 lalu membuatnya trauma masuk ke RS Hantu lagi.. syeeeeerrrrrem… katanya. Tapi aku juga gak mau masuk, wong aku juga penakut, hehe.Akhirnya kita mencoba permainan Space Shuttle, Sarang Bajak Laut, Istana Bawah Laut, Taman Berburu, dll.. pokoknya sampai puas... tapi yang paling seru bagi kami adalah permainan air.. soalnya bikin kita basah kuyup semua, apalagi si kecil.. waduh.. sampai basah kuyup sampai rambut-rambutnya.

Perjalanan liburan kita lanjutkan juga sampai ke Gua Maharani yang ternyata masih terletak satu kompleks dengan WBL, ada jembatan yang menghubungkan keduanya. Tapi suamiku memilih naik mobil saja ke Maharani, dan memang putusannya tidak salah, soalnya.. kalau lewat jembatan.. waduh.. pasti capek banget jalannya, apalagi aku belum bisa berjalan terlalu jauh..
Gua Maharani... Kereeen.. apalagi museum Geologicalnya.. waduh keren abis.. dan pasti banyak pengetahuan yang bisa kita ambil dari sana, bukannya karena suamiku dunianya berkecimpung di bebatuan lho.. tapi emang keren kok Gua Maharani dan museumnya. kalau Kebun Binatangnya karena mungkin masih dalam tahap soft opening, jadi masih banyak yang belum datang hewan-hewannya.

Ya.. syukur alhamdulillah.. aku dan keluarga bisa liburan asyik selama libur akhir tahun 2008 ini. Semoga berkat Tuhan selalu buat kami sekeluarga sehingga liburan-liburan mendatang bisa kami nikmati juga dengan penuh kegembiraan, amin.